1. Menuntut keluarga yang ideal serta sempurna
2. Nusyus (tak patuh pada suami)
Nusyus mempunyai sebagian bentuk, salah satunya yaitu :
1. Menampik ajakan suami saat mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan ataupun dengan cara samar.
2. Mengkhianati suami, umpamanya dengan menjalin jalinan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seorang yg tidak disukai suami ke rumah
4. Lupa dalam melayani suami
5. Berlebihan serta menghambur-hamburkan duit pada yang bukanlah tempatnya
6. Menyakiti suami dengan bicara yang jelek, mencemooh, serta menghinanya
7. Keluar rumah tanpa ada izin suami
8. Menebarkan serta mencemooh rahasia-rahasia suami.
3. Tak suka pada keluarga suami
4. Tak melindungi penampilan
5. Kurang berterima kasih
Saat sebelum menikah, seseorang wanita memikirkan pernikahan yang demikian indah, kehidupan yang sangatlah romantis seperti ia baca dalam novel ataupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia mempunyai deskripsi yang sangatlah ideal dari suatu pernikahan. Kelelahan yang sangatlah, cape, permasalahan keuangan, serta segudang problematika didalam suatu keluarga luput dari deskripsi nya. Ia cuma memikirkan yang indah-indah serta enak-enak dalam suatu perkawinan.
Pada akhirnya, saat ia mesti hadapi seluruhnya itu, ia tak siap. Ia kurang dapat terima situasi, hal semacam ini berlangsung berlarut-larut, ia senantiasa saja menuntut suaminya supaya keluarga yang mereka bina sesuai sama deskripsi ideal yang selalu ia mimpikan mulai sejak muda.
Seseorang wanita yang akan menikah, alangkah sebaiknya bila ia lihat instansi perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tak sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tak patuh pada suami)
Nusyus yaitu sikap membangkang, tak taat serta tak patuh pada suami. Wanita yang lakukan nusyus yaitu wanita yang melawan suami, tidak mematuhi perintahnya, tak patuh kepadanya, serta tak ridha pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah tentukan untuk dia.
Nusyus mempunyai sebagian bentuk, salah satunya yaitu :
1. Menampik ajakan suami saat mengajaknya ke tempat tidur, dengan terang-terangan ataupun dengan cara samar.
2. Mengkhianati suami, umpamanya dengan menjalin jalinan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seorang yg tidak disukai suami ke rumah
4. Lupa dalam melayani suami
5. Berlebihan serta menghambur-hamburkan duit pada yang bukanlah tempatnya
6. Menyakiti suami dengan bicara yang jelek, mencemooh, serta menghinanya
7. Keluar rumah tanpa ada izin suami
8. Menebarkan serta mencemooh rahasia-rahasia suami.
Seseorang istri shalihah bakal selalu meletakkan ketaatan pada suami diatas segala-galanya. Sudah pasti bukanlah ketaatan dalam kedurhakaan pada Allah, lantaran tak ada ketaatan dalam maksiat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia bakal patuh kapan juga, dalam kondisi apa pun, suka ataupun sulit, lega ataupun sempit, sukai maupun duka. Ketaatan istri seperti ini sangatlah besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta serta pelihara kesetiaan suami.
3. Tak suka pada keluarga suami
Kadang-kadang seseorang istri inginkan supaya semua perhatian serta kasih sayang sang suami cuma tercurah pada dianya. Tidak bisa sedikit juga saat serta perhatian diberikan pada selainnya. Termasuk pada orangtua suami. Walau sebenarnya, di satu segi, suami mesti berbakti serta memuliakan orang tuanya, terutama ibunya.
Satu diantara memiliki bentuk yaitu cemburu pada ibu mertuanya. Ia berasumsi ibu mertua juga sebagai kompetitor paling utama dalam memperoleh cinta, perhatian, serta kasih sayang suami. Kadang-kadang, beberapa istri berani mengejek serta berbuat tidak etis orangtua suami, bahkan juga ia tidak tidak sering berupaya merayu suami untuk berbuat durhaka pada orang tuanya. Kadang-kadang istri berniat mencari-cari kekeliruan serta kekurangan orangtua serta keluarga suami, atau membesar-besarkan satu permasalahan, bahkan juga tidak segan untuk memfitnah keluarga suami.
Ada pula seseorang istri yang menuntut suaminya supaya lebih suka pada keluarga istri, ia berupaya menghindari suami dari keluarganya dengan beragam langkah.
Ikatan pernikahan tidak cuma menjadikan satu dua insan dalam suatu instansi pernikahan, tetapi juga ‘pernikahan antar keluarga’. Ke-2 orangtua suami yaitu orangtua istri, keluarga suami yaitu keluarga istri, sebaliknya. Menjalin jalinan baik dengan keluarga suami adalah satu diantara keselarasan keluarga. Suami bakal terasa tenang serta bahagia bila istrinya dapat memposisikan dianya dalam kelurga suami. Hal semacam ini bakal menaikkan cinta serta kasih sayang suami.
4. Tak melindungi penampilan
Kadang-kadang, seseorang istri berhias, berdandan, serta kenakan pakaian yang indah cuma saat ia keluar rumah, saat akan melancong, menghadiri undangan, ke kantor, berkunjung ke saudara ataupun rekan-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau saat ada acara yang lain diluar rumah. Situasi ini sungguh berbalik saat ia di depan suaminya. Ia tak perduli dengan badannya yang kotor, cukup cuma kenakan pakaian seadanya : kadang-kadang kotor, lusuh, serta berbau, rambutnya kusut masai, ia juga cuma mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Bila situasi ini terus-terusan dipelihara oleh istri, janganlah heran bila suami tak kerasan dirumah, ia lebih sukai menggunakan waktunya diluar daripada dirumah. Harusnya, berhiasnya dia lebih ditujukan pada suami. Jangan sampai keindahan yang sudah dianugerahkan oleh Allah diberikan pada orang lain, walau sebenarnya suami nya dirumah lebih memiliki hak karenanya.
5. Kurang berterima kasih
Sering, seseorang suami tak dapat penuhi hasrat sang istri. Apa yang didapatkan suami jauh dari apa yang ia inginkan. Ia tak senang dengan apa yang didapatkan suami, walau suaminya telah berupaya dengan cara optimal untuk penuhi keperluan keluarga serta hasrat-keinginan istrinya.
Istri kurang bahkan juga tak mempunyai rasa terima kasih pada suaminya. Ia tak bersukur atas karunia Allah yang didapatkan kepadanya melalui suaminya. Ia selalu terasa sempit serta kekurangan. Karakter qona’ah serta ridho pada apa yang didapatkan Allah kepadanya sangatlah jauh dari dianya.
Seseorang istri yang shalihah pastinya dapat mengerti terbatasnya kekuatan suami. Ia akan tidak membebani suami dengan suatu hal yg tidak dapat dikerjakan suami. Ia bakal berterima kasih serta mensyukuri apa yang sudah diberikan suami. Ia bersukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersukur, insya Allah, nikmat Allah bakal jadi tambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi , apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat, satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap, anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus, bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina, mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti, maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik, kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
amin…
Semoga bermanfaat.
Support: Busana Muslim Terbaru
Tag :
wanita solehah
0 Komentar untuk "10 Kekeliruan Istri Pada Suami "